Friday, April 10, 2020

MAKALAH DINAMIKA TINGKAT PERTUMBUHAN GDP TERKAIT RESPON SIKLUS BISNIS - TEORI EKONOMI

LINK DOWNLOAD MAKALAH


BAB 1

PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang

Dalam perekonomian sebuah negara, dengan berjalannya waktu perekonomian secara normal pasti tidak pernah mulus, selalu terdapat naik maupun turunya perekonomian negara. Siklus bisnis (business cycle) merupakan gelombang turun naikknya kegiatan perekonomian suatu negara. Gelombang siklus bisnis terdiri atas dua fase, yaitu : Fase Expansion dan Fase Contraction,. Durasi Siklus bisnis terjadi menjadi beberapa varian, yaitu siklus jangka pendek, menengah dan panjang. Siklus bisnis terjadi akibat adanya pergeseran kurva permintaan. Dalam durasi siklus diperlukan beberapa kebijakan di antaranya kebijakan fiskal dan moneter yang bertujuan agar siklus perekonomian dapat berjalan dengan lancar. Beberapa teori berpandangan bahwa dalam sebuah siklus ekonomi dibutuhkan sebuah kebijakan moneter untuk menekan sekecil mungkin dampak dari inflasi, sedangkan teori lain  mengatakan yang dibutuhkan dalam sebuah siklus bisnis adalah peran pemerintah.

Tetapi pada kenyataannya, perekonomian tersebut tidak pernah terjadi pada dunia nyata. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, panjang dan sangat panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal dengan siklus ekonomi (business cycle). Kegiatan dalam perekonomian berfluktuasi dari tahun ke tahun. Di era modernisasi ini produksi barang dan jasa terus meningkat, oleh karena itu berpengaruh juga terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja yang meningkat, meningkatnya jumlah modal dan berbagai kemajuan teknologi. Pertumbuhan ekonomi ini membuat semua orang dapat hidup dengan standar yang lebih tinggi. Pada saat itu perusahan gagal menjual seluruh barang dan jasa yang harus mereka tawarkan, sehingga produksi harus dikurangi. Dampaknya, para pekerja di PHK, angka pengangguran meningkat, dan pabrik-pabrik terpaksa berhenti beroperasi. Kemakmuran yang terjadi sekarang dapat diikuti oleh  suatu kepanikan ataupun kehancuran di masa berikutnya. Secara perlahan-lahan perekonomian kembali ke titik paling bawah, dan proses pemulihan pun dimulai. Proses pemulihan itu dapat terjadi dengan cepat namun dapat juga lambat. Kondisi ini dapat juga tidak pernah sembuh benar, atau dapat juga sembuh dan menjadi semakin kuat sehingga menimbulkan terjadinya boom yang baru. Kemakmuran dapat juga berarti permintaan yang terus-menerus meningkat dalam jangka waktu yang panjang, banyak kesempatan kerja, peningkatan standar hidup. Atau dapat juga ditandai oleh harga-harga dan spekulasi yang membumbung tinggi dengan cepat karena inflasi, yang kemudian diikuti oleh kemerosotan yang lainnya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menulis mengenai bagaimana kondisi fluktuasi terkait dengan GDP yang menjadi respon dari siklus bisnis. Dimana penulis ingin melihat bagaimana kondisi pertumbuhan dari GDP yang baik terkait dengan terdapatnya Siklus bisnis ini. Dimana terdapat fakta bahwa Indonesia selalu mengalami pertumbuhan GDP sebesar 5 persen (stagnan), sedangkan untuk negara- negeri sekitarnya dapat melakukan pertumbuhan lebih tinggi disbanding dengan Indonesia.

1.2. Rumusan Masalah

·         Bagaimana dampak pertumbuhan ekonomi ketika lambat dan pertumbuhan cepat?

·         Bagaimana pertumbuhan GDP yang baik terkait respon terhadap siklus bisnis?

1.3. Tujuan Penulisan

·         Untuk mengetahui Bagaimana dampak pertumbuhan ekonomi ketika terjadi secara lambat dan pertumbuhan cepat.

·         Untuk mengetahui Bagaimana pertumbuhan GDP yang baik terkait respon terhadap siklus bisnis

1.4. Manfaat

1.      Bagi Pembaca

Untuk menambah referensi pengetahuan mengenai tingkat pertumbuhan GDP yang baik dan siklus bisnis

2.      Bagi Penulis

Untuk meningkatkan daya analisis.

 


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Siklus Bisnis


Siklus bisnis (business cycle) merupakan kegiatan perekonomian di suatu negara yang mengalami gejolak turun naiknya gelombang perekonomian baik adanya ekspansi dan kontraksi yang terjadi di sekitar jalur trend pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2007). Siklus bisnis juga didefinisikan sebagai deviasi dari output terhadap tren. Dalam konteks ini timbul periode ekspansi dan kontraksi terhadap aktivitas perekonomian. Siklus bisnis berdampak terhadap inflasi, pengeluaran pemerintah, ketenagakerjaan, penjualan, produksi dan beberapa aspek perekonomian (Botha ; 2004, Leslie ; 1993) menyatakan bahwa siklus bisnis adalah segala sesuatu tentang volatilitas atau fluktuasi dari output riil dan tenaga kerja. Siklus ekonomi yang memperlihatkan gelombang naik turunnya kegiatan perekonomian dapat digambarkan seperti gambar disamping. Durasi atau rentang waktu yang dibutuhkan dalam pergerakan satu siklus telah lama menjadi pengamatan para ahli ekonomi. Mereka menemukan beberapa variasi siklus (Pratama R., dan Mandala M., 2004).

a.       Siklus jangka pendek (Kitchin Cycle). Durasi siklus jangka pendek sekitar 40 bulan (antara 3 s/d 4 tahun). Pola siklus ini ditemukan oleh Joseph Kitchin (1923). Faktor yang diduga mempengaruhi siklus jangka pendek adalah pengaruh alamiah (nature) dan adat istiadat atau kebiasaan (custom). Pengaruh faktor alam contohnya pengaruh musim, iklim, dan cuaca yang terdapat di setiap negara. Pengaruh adat istiadat contohnya perubahan kegiatan produksi menjelang tahun baru atau menjelang hari raya keagamaan.

b.      Siklus jangka menengah (Juglar Cycle). Durasi siklus jangka menengah adalah berkisar 7 s/d 11 tahun (belasan tahun). Pola siklus ini pertama kali ditemukan oleh Clemen Juglar (1860). Siklus ini diakibatkan oleh faktor eksternal yaitu siklus matahari yang berdaur ulang 11 tahun sekali (sunspot theory). Siklus matahari ini akan mempengaruhi iklim dan cuaca di setiap negara sehingga mempengaruhi output nasional.

c.       Siklus jangka panjang (Kondratief Cycle). Durasi siklusnya berkisar antara 48-60 tahun (puluhan tahun). Pola siklus jangka panjang ditemukan oleh Nikolai D Kondratief (1925). Faktor yang memengaruhi siklus jangka panjang adalah invention and innovation, yaitu adanya ciptaan dan penemuan baru dalam kegiatan ekonomi. Contoh adanya penemuan dan perkembangannya teknologi.

2.2 Teori Siklus Bisnis

Siklus ekonomi yang terjadi akibat aktivitas ekonomi pada dasarnya dapat dilihat dari pergerakan Produk Domestik Bruto (GDP) yang merupakan ukuran paling luas untuk keseluruhan kondisi perekonomian dimana berrfungsi untuk mengukur pendapatan dana pengeluaran total pada perekonomian. Disamping GDP, data yang menunjukkan kondisi di pasar tenaga kerja juga dapat digunakan untuk menganalisis adanya siklus ekonomi. Ketika ekonomi berada dalam resesi dalam aspek tenaga kerja maka pekerjaan akan sulit didapat. Dalam siklus bisnis gelombang naik-turun aktivitas ekonomi terdiri dari beberapa tingkatan (Dornbusch, et.al, 2008):

1.      Ekspansi (Recovery)                           3.   Recession

2.      Peak                                                    4.   Trough

  2.2.1 Teori Klasik

            Dalam teori ini kaum klasik berpendapat bahwa untuk mengendalikan inflasi kebijakan moneter akan lebih efektif diterapkan dalam kegiatan ekonomi. Ketika perekonomian telah mencapai full employment di mana output keseimbangan telah mencapai tingkat maksimum, maka kebijakan moneter dengan menambah jumlah uang beredar hanya akan meningkatkan harga. Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa inflasi adalah permasalahan moneter yang lebih efektif jika dikendalikan dengan kebijakan moneter pula. Dalam mendukung teori ini kamu klasik menyatakan bahwa adanya faktor alami yang menyebabkan pergerakan di sektor riil seperti, adanya technological shock yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga kemudian perekonomian semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam perekonomian.

  2.2.2 Teori Keynes

            Teori Keynes merupakan hasil kritik para penganut aliran Keynesian yang percaya bahwa dalam perekonomian campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan. Adanya kekakuan harga dalam jangka pendek yang disebabkan oleh fluktuasi permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah, sehingga peran pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. arena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).

  2.2.3Teori Sintesis Klasik-Keynesian

            Teori sintesis Klasik-Keynesian merupakan gabungan antara teori klasik dan teori Keynes yang dikembangkan oleh Jhon Hicks. Jhon Hicks menjelaskan tentang tingkat bunga keseimbangan umum yang menghubungkan antara pasar barang dan pasar uang. Pada pasar barang, analisis diawali dengan adanya hubungan negatif antara investasi dengan tingkat bunga. Klasik meyakini bahwa investasi sama nilainya dengan jumlah tabungan yang ada di masyarakat, dimana tabungan ini dipengaruhi oleh pendapatan. Jika ketiga hal tadi diderivasi maka akan membentuk kurva IS yaitu kurva yang menghubungkan antara tingkat bunga dan pendapatan di pasar barang. Kurva IS memiliki slope yang negatif dimana tingkat bunga dan pendapatan memiliki hubungan yang negatif yang berarti jika tingkat bunga pasar barang meningkat maka pendapatan akan menurun, begitu juga sebaliknya. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh penurunan investasi.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam makalah ini penulis melakukan studi literatur guna memperkaya teori  dalam mengkaji  penelitian yang dilakukan. Kumpulan beberapa referensi yang dijadikan sebagai panutan.  Lestari (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Dinamika Siklus Bisnis di Asean dan China: Kajian Makroekonomi dengan External Shock telah menyimpulkan bahwa perdagangan intra industri merupakan faktor penting yang mendorong keselarasan siklus bisnis. Kajian yang dilakukan oleh Ahmed (2003), Mejia Reyes (2003), Cerro dan Pineda (2002), Loayza et al (2001) menyimpulkan bahwa siklus bisnis memiliki keistimewaan tersendiri dan berdampak terhadap shock yang dialami negara dalam jangka pendek. Sebaliknya Hecq (2003) dan Engle dan Isher (1993) menemukan bahwa kebanyakan negara-negara di Amerika Latin mengalami pergerakan siklus bisnis dalam jangka panjang dan jangka pendek secara bersamaan. Escait (2004), Jacobo (2000), Christodulakis et al (1995) menyatakan bahwa adanya siklus bisnis cenderung akan memberikan dampak yang sama pada anggota negara yang menganut integrase ekonomi.

 


 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Dampak pertumbuhan ekonomi ketika terjadi secara lambat dan pertumbuhan cepat

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Dalam siklus bisnis ini pertumbuhan GDP akan mempunyai berbagai kendala mengingat selalu terdapatnya goncangan dalam sebuah perekonomian. Namun jika suatu tingkat pertumbuhan ekonomi dari suatu negara mengalami tren yang terus menerus mengalami tingkat  pertumbuhan rata – rata secara cepat juga tidak terlalu baik. Begitupun ketika rata- rata tingkat pertumbuhan terus – menerus melambat.

Ketika pertumbuhan mengalami pertumbuhan yang cepat secara terus  - menerus, maka akan terdapat masalah berupa inflasi. Berdasarkan I smail Fahmi Lubis (2014) menyimpulkan bahwa korelasi antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tahun 1968-2012 adalah berkorelasi negatif sebesar 4,3%. Hubungan kausalitas satu arah terjadi Produk Domestik Bruto mempengaruhi Indeks Harga Konsumen sebaliknya hubungan kausalitas satu arah tidak terjadi terhadap Indeks Harga Konsumen mempengaruhi Produk Domestik Bruto di Indonesia dalam tahun 1968-2012. Hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam tahun 1968-2012 terdapat secara signifikan.

Ketika tingkat pertumbuhan rata – rata ekonomi mengalami pertumbuhan yang melambat secara terus menerus, maka hal ini dapat menhadapi terjadinya resesi / krisis yang pada akhirnya akan menimbulkan tingkat pengangguran dan mengganggu aktivitas  ekonomiDimana berdasarkan buku pegangan ‘Bappenas Penyebab dan Dampak Krisis Keuangan Global menjelaskan bahwa, Dampak yang ditimbulkan oleh krisis keuangan global terhadapperekonomian Indonesia mulai dirasakan pada triwulan IV tahun 2008,dimana pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2008 menurun sebesarminus 3,6 persen dibandingkan triwulan III-2008 (q-t-q), dan meningkat5,2 persen (yoy) dibandingkan dengan triwulan IV-2007 yang berarti lebihlambat dari pertumbuhan ekonomi pada triwulan-triwulan sebelumnyapada tahun 2008.

 

3.2 Pertumbuhan GDP yang baik terkait respon terhadap siklus bisnis

Terkait dengan tingkat pertumbuhan GDP, dimana cara mengukur dari tingkat pertumbuhan GDP yang baik ini, apkah berupa tingkat pertumbuhan yang cepat, sedang, atau lambat. Dimana dalam hal ini akan menggambarkan bagaimana pertumbuhan ekonomi yang baik. Dengan membandingkan tingkat  rata – rata pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara, maka dapat melihat bagaimana perbedaan tingkat pertumbuhan beserta faktor yang harus diperhatikan dalam pertumbuhan ekonomi ini. Berikut grafik tingkat pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara.

Sumber: Google public data

            Dimana berdasarkan grafik diatas terdapat beberapa negara diantaranya China, Malaysia, Indonesia, Singapore, dan Japan. Dimana berdasarkan grafik tersebut setelah krisis 1998, pada tahun 2009 semua negara juga telah mengalami resesi, kecuali China. Dimana ketika melihat pertumbuhan China setiap tahunnya selalu mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi yaitu selalu di selalu diatas 5 % dan bahkan bisa mencapai 15 % lebih. Sedangkan untuk negara lainnya hanya memiliki pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai dari setengah dari tingkat pertumbuhan yang dimiliki oleh China. Meskipun setelah resesi pada 2009 pada masa pemulihan hingga mencapai titik puncak (2010) Singapore telah tumbuh mencapai 15 persen.

Untuk melihat pertumbuhan GDP yang tepat, maka harus memahami titik acuan berupa pertumbuhan produktivitas dan menambahkan pertumbuhan angkatan kerja. Berdasarkan  hal tersebut, maka akan dapat mengukur potensi dari pertumbuhan GDP yang tepat. Dimana pada pertumbuhan produktivitas ini merupakan rasio antara GDP dengan jumlah pekerja. Sedangkan untuk Pertumbuhan Angkatan Tenaga Kerja adlaah merupakan tingkat pertumbuhan dari seeseorang yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan secara aktif. Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut.






















  Pertumbuhan Produktivitas = GDP/ Jumlah pekerja

  Pertumbuhan Angkatan Tenaga Kerja = seeseorang yang bekerja atau sedang mencari pekerjaan secara aktif.


 

Sumber: Google public data

Sebagai contoh penulis mengambil tingkat pertumbuhan negara jepang, dimana berdassarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa tingkat produktivitas yang dimiliki oleh negara jepang cukup tinggi. Namun tingkat pertumbuhan dari angkatan kerja jepang sangat rendah (negative). Sehingga tingkat  potensi pertumbuhan ekonomi negara jepang menjadi rendah. Dimana tingkat rata – rata pertumbuhan GDP potensial jepang hanyalah 1 persen saja. Kesimpulannya adalah dalam hal ini telah memiliki titik referensi, berapakah angka yang tepat untuk pertumbuhan ekonomi. Untuk menjawabnya sangatlah ideal dimana pertumbuhan ekonomi yang tepat adalah pertumbuhan ekonomi yang mendekati angka pertumbuhan ekonomi potensialnya.


 

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Siklus bisnis (business cycle) merupakan gelombang turun naikknya kegiatan perekonomian suatu negara. Gelombang siklus bisnis terdiri atas dua fase, yaitu : Fase Expansion dan Fase Contraction,. Durasi Siklus bisnis terjadi menjadi beberapa varian, yaitu siklus jangka pendek, menengah dan panjang.

Ketika tingkat rata-rata pertumbuhan mengalami pertumbuhan secara terus – menerus, maka akan menghadapi masalah dengan inflasi. Sedangkan ketika rata – rata pertumbuhan lambat, maka akan terdapat kendala krisis yang akhirnya berujung pada tingkat pengangguran yang tinggi. Pertumbuhan ekonomi yang baik adalah pertumbuhan GDP yang telah telah mendekati nilai GDP potensialnya. Dimana dalam menentukannya harus melihat indikator berupa produktifitas tenaga kerja dan tingkat pertumbuhan angkatan kerja.


 

DAFTAR PUSTAKA

Botha, Ilse. (2004). Modelling the Business Cycle of South Africa: Linear VS Non Linear Methods. Disertasi. Rand Afrikaans University

Cerro, A. M. and J. Pineda. (2002). Latin American Growth Cycles. Empirical Evidence 1960- 2000, Estudios de Economía, Vol. 29, Num. 1, pp. 89-109.

Christodoulakis, N., Dimelis, S. P. and Kollintzas, T. (1995).Comparison of Business Cycles in the EC: Idiosyncrasies y Regularities, Economica, Vol. 62, pp. 1-27.

Iddrisu, A. G, (2018) "Political business cycles and economic growth in Africa", Journal of Economic Studies, Vol. 45 Issue: 4, pp.760-772

Kim, K,. Choi.Y.Y. (1997) "Business cycles in Korea: Is there any stylized feature?", Journal of Economic Studies, Vol. 24 Issue: 5, pp.275-293

Lestari, E.P. (2014). Dinamika Siklus Bisnis di Asean dan China: Kajian Makroekonomi dengan External Shock

Lubis, I. F. (2014). Analisis Hubungan Antara Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi : Kasus Indonesia. Qe Journal. Vol 3. 1-41

Loayza, Norman. Humberto López and Angel Ubide. (2001). Comovement and Sectoral Interdependence: Evidence for Latin America, East Asia, and Europe. IMF Staff Papers. Vol. 48, No. 2, pp. 367-396.

Mankiw, N. Grefory. (2007). Makroekonomi. Edisi keenam. Jakarta Erlangga

Nicholson, walter and Cristoper. (2008). Microeconomic Theory Basic Principles and Extensions Tenth Edition. USA. West Group Eagan, MN

Samuelson, Paul A, dan Nordhaus, William D. (2003). Micro Economic. Edisi 17. Media Global Edukasi

Sukirno, Sadono. (2016). mikroekonomi teori pengantar edisi 3. Jakarta. Kharisma Putra Utama Offset

 

No comments:

Post a Comment

MENGHASILAN RIBUAN DOLLAR DENGAN TETAP DIRUMAH SAJA (PEMBUAT DESAIN PEMULA JUGA BISA MENGHASILKAN DI FIVERR)

LINK REGISTRASI => www.fiver.com/register         Fiverr merupakan salah satu platfrom yang menyediakan jasa dengan bidang yang ...