Saturday, April 11, 2020

DINAMIKA SEKTOR PERTANIAN INDONESIA DAN RESPON TERHADAP SIKLUS BISNIS - BUSINESS CYCLE


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu perekonomian dapat dikatakan ideal jika suatu perekonomian telah mengalami pertumbuhan secara terus menerus, tanpa adanya satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami trend pertumbuhan yang menurun. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas, neraca perdagangan dan neraca pembayaran pun mengalami surplus yang baik. Di mana perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.

Namun pada kenyataannya, perekonomian tersebut tidak pernah terjadi pada dunia nyata. Dalam dunia nyata, perekonomian umumnya mengalami gelombang pasang surut. Gelombang naik turun tersebut relatif teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, panjang dan sangat panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal dengan siklus ekonomi (business cycle). Kegiatan dalam perekonomian berfluktuasi dari tahun ke tahun.

Di era modernisasi ini produksi barang dan jasa terus meningkat, oleh karena itu berpengaruh juga terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja yang meningkat, meningkatnya jumlah modal dan berbagai kemajuan teknologi. Pertumbuhan ekonomi ini membuat semua orang dapat hidup dengan standar yang lebih tinggi. Pada saat itu perusahan gagal menjual seluruh barang dan jasa yang harus mereka tawarkan, sehingga produksi harus dikurangi. Dampaknya, para pekerja di PHK, angka pengangguran meningkat, dan pabrik-pabrik terpaksa berhenti beroperasi. Kemakmuran yang terjadi sekarang dapat diikuti oleh  suatu kepanikan ataupun kehancuran di masa berikutnya. Secara perlahan-lahan perekonomian kembali ke titik paling bawah, dan proses pemulihan pun dimulai. Proses pemulihan itu dapat terjadi dengan cepat namun dapat juga lambat. Kondisi ini dapat juga tidak pernah sembuh benar, atau dapat juga sembuh dan menjadi semakin kuat sehingga menimbulkan terjadinya boom yang baru. Kemakmuran dapat juga berarti permintaan yang terus-menerus meningkat dalam jangka waktu yang panjang, banyak kesempatan kerja, peningkatan standar hidup. Atau dapat juga ditandai oleh harga-harga dan spekulasi yang membumbung tinggi dengan cepat karena inflasi, yang kemudian diikuti oleh kemerosotan yang lainnya.

Di mana penulisan makalah ini bertujuan untuk melihat fluktuasi laju pertumbuhan sektor pertanian di Indonesia. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting di mana sektor pertanian memiliki keterkaitan yang sangat luas dengan sektor-sektor lainnya. Selain itu  jika dilihat secara histori, di mana ketika terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 sektor pertanian telah menjadi sektor penyelamat bagi perekonomian Indonesia. Jika dilihat dari kontribusi PDB pada tahun 2014 hingga 2017 memiliki rata-rata kontribusi sebesar 13,41 persen dari distribusi semua sektor (menurut lapangan usaha).

 

1.2. Rumusan Masalah

            Bagaimana kondisi sektor pertanian di Indonesia dan responnya terhadap siklus bisnis?

 

1.3. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui kondisi sektor pertanian di Indonesia dan responnya terhadap siklus bisnis.

 

1.4. Manfaat

1.      Bagi Pembaca

Untuk menambah referensi pengetahuan mengenai kondisi sektor pertanian di Indonesia dan responnya terhadap siklus bisnis

2.      Bagi Penulis

Untuk meningkatkan daya analisis.

 


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

            Dalam makalah ini penulis melakukan studi literatur guna memperkaya teori dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Kumpulan beberapa referensi yang dijadikan sebagai panutan dan selaras dengan judul tersebut adalah sebagai berikut: 

Dalam penelitian Supriyati dan Syafa’at (2000) serta penelitian yang dilakukan  Amiruddin  dan Khairian (2000) mengemukakan bahwa penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian lebih besar dibandingkan dengan sektor industri yang memberikan kontribusi negatif ketika terjadi gejolak perekonomian tahun 1998. Kemudian penelitian yang dilakukan José M. dan Diego R. (2006) mendukung pula bahwa dalam siklus ekonomi secara khusus, sektor pertanian memiliki fluktuasi tinggi dalam output agregat serta penyerapan dalam lapangan pekerjaan lebih berfluktuatif yaitu dimana peningkatan rasio lapangan kerja di pertanian dari 2 hingga 30 persen dalam penelitian berdampak meningkatkan fluktuasi output agregat hampir 40 persen. Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Agni A. (2011) memberikan hasil bahwa sektor-sektor dengan kontribusi besar terhadap perekonomian mempunyai tingkat efisiensi tinggi serta hasil estimasi siklus bisnis menunjukkan bahwa alat analisis yang digunakan mampu menangkap kontraksi yang berhubungan dengan krisis moneter dan krisis keuangan global serta gangguan terorisme yang menurunkan kinerja industri pariwisata di Bali.

Kemudian pada jurnal yang ditulis oleh V. Eldon Ball, dkk (2014) yang meneliti hubungan antar siklus bisnis dan konvergensi dalam tingkat produktivitas pertanian pada 48 negara bagian yang berada di Amerika. Dengan menggunakan Benchmark Model didapatkan hasil yaitu pertama, terdapat konvergensi dalam tingkat produktivitasnya. Kedua, teknologi yang terkandung dalam modal merupakan sumber penting dari pertumbuhan total faktor produksi di bidang pertanian. Ketiga, pertumbuhan produktivitas sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya, dalam hal ini spesialisasi. Negara dengan tingkat pendidikan dan pengalaman pekerja tinggi akan meningkatkan pertumbuhan produktivitas lebih cepat. Adanya konvergensi ini berbeda dari siklus bisnis. Konvergensi terbesar terjadi selama periode kontraksi dalam kegiatan ekonomi. Mereka menemukan bahwa tingkat konvergensi untuk pengikut produktivitas adalah 4,8% lebih tinggi selama kontraksi daripada selama ekspansi akhir. Besarnya efek dari siklus bisnis melalui tingkat konvergensi tampaknya lebih kecil di sektor pertanian ini jika dibandingkan dengan sektor manufaktur. Karena inovasi yang dihasilkan dari R&D dianggap sebagai barang publik sehingga dengan cepat dapat diadopsi oleh perusahaan. Hasil penelitian tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Jean M. Imbs (1999) bahwa adanya inovasi karena teknologi mendorong tingkat lapangan kerja menurun.

Dari referensi tersebut yang membedakan adalah penelitian yang dilakukan di negara yang berbeda sehingga perlu digarisbawahi perlu adanya kehati-hatian dalam membandingkan siklus bisnis di berbagai negara yang memiliki struktur ekonomi yang berbeda khususnya yang berkaitan dengan ukuran pertanian dalam perekonomian.

 

2.2 Teori Umum

2.2.1 Siklus Bisnis

            Siklus bisnis (business cycle) merupakan kegiatan perekonomian di suatu negara yang mengalami gejolak turun naiknya gelombang perekonomian baik adanya ekspansi dan kontraksi yang terjadi di sekitar jalur trend pertumbuhan ekonomi (Mankiw, 2007). Siklus ekonomi ini dapat terjadi melalui beberapa periode baik dalam jangka pendek. jangka menengah, dan jangka panjang. Pada saat perekonomian mengalami siklus bisnis permasalahan yang kerap kali terjadi adalah inflasi dan pengangguran, adanya inflasi dan pengangguran pada titik tertentu dapat memicu permasalahan-permasalahan baru dalam perekonomian, seperti angka kemiskinan yang melonjak pesat dan terjadinya gap yang disebabkan ketidakmerataan pendistribusian pendapatan.

            Dalam siklus bisnis gelombang naik-turun aktivitas ekonomi terdiri dari beberapa tingkatan (Dornbusch, et.al, 2008):

1.      Ekspansi (Recovery)

2.      Peak

3.      Recession

4.      Trough

Siklus ekonomi yang terjadi akibat aktivitas ekonomi pada dasarnya dapat dilihat dari pergerakan Produk Domestik Bruto (GDP) yang merupakan ukuran paling luas untuk keseluruhan kondisi perekonomian dimana berrfungsi untuk mengukur pendapatan dana pengeluaran total pada perekonomian. Di samping GDP, data yang menunjukkan kondisi di pasar tenaga kerja juga dapat digunakan untuk menganalisis adanya siklus ekonomi. Ketika ekonomi berada dalam resesi dalam aspek tenaga kerja maka pekerjaan akan sulit didapat.

 

2.2.2 Teori Klasik

            Dalam teori ini kaum klasik berpendapat bahwa untuk mengendalikan inflasi kebijakan moneter akan lebih efektif diterapkan dalam kegiatan ekonomi. Ketika perekonomian telah mencapai full employment di mana output keseimbangan telah mencapai tingkat maksimum, maka kebijakan moneter dengan menambah jumlah uang beredar hanya akan meningkatkan harga. Hal inilah yang mendasari pendapat bahwa inflasi adalah permasalahan moneter yang lebih efektif jika dikendalikan dengan kebijakan moneter pula.

            Dalam mendukung teori ini kaum klasik menyatakan bahwa adanya faktor alami yang menyebabkan pergerakan di sektor riil seperti, adanya technological shock yang berdampak pada peningkatan produktivitas sehingga kemudian perekonomian semakin meningkat. Dengan kata lain, semua fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam perekonomian.

            Dari sisi fiskal, kaum klasik dan pengikutnya kaum monetarist mempercayai bahwa mekanisme pasar akan bekerja dalam mencapai keseimbangan ekonomi tanpa harus ada campur tangan pemerintah. Kebijakan fiskal hanya akan menimbulkan apa yang disebut ”Crowding Out” di mana kenaikan pengeluaran pemerintah akan mendorong tingkat bunga naik sehingga akan menghambat investasi swasta. Akibat dari penurunan investasi menyebabkan permintaan agregat tidak bertambah dan output juga tidak mengalami peningkatan. Selain itu, pengeluaran pemerintah yang tidak disertai dengan penambahan jumlah uang beredar dari sisi moneter tidak akan menambah permintaan agregat. Lebih jauh, karena tingkat perputaran uang (velocity) relatif stabil maka penambahan pengeluaran pemerintah dengan mencetak uang akan meningkatkan permintaan agregat, tetapi itu lebih disebabkan karena penambahan jumlah uang beredar.

 

2.2.3 Teori Keynes

            Teori Keynes merupakan hasil kritik para penganut aliran Keynesian yang percaya bahwa dalam perekonomian campur tangan pemerintah sangat dibutuhkan. Adanya kekakuan harga dalam jangka pendek yang disebabkan oleh fluktuasi permintaan agregat akibat lambatnya upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah, sehingga peran pemerintah dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian. arena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional, maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).

            Dalam teori Keynes dimana pemerintah memiliki peran penting dalam perekonomian khususnya dalam mengatasi permasalahan inflasi dan pengangguran ketika perekonomian mengalami siklus bisnis, terdapat dua kebijakan pemerintah yang dilakukan yaitu kebijakan moneter dan kebijakan fiscal. Menurut Rahardja dan Manurung (2001), kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah untuk mengelola atau mengarahkan perekonomian ke kondisi yang lebih baik atau di inginkan dengan cara mengubah-ubah penerimaan (pajak) dan pengeluaran pemerintah. Sedangkan kebijakan moneter adalah upaya mengendalikan atau mengarahkan perekonomian makro kekondisi yang lebih baik dengan mengatur jumlah uang beredar. Adapun yang dimaksud dengan kondisi lebih baik adalah meningkatnya output keseimbangan dan terpeliharanya stabilitas harga.

 

 


 

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kondisi Sektor Pertanian Indonesia dan Respon terhadap Siklus BisniSejak tahun 2012 hingga 2015, pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami laju yang melambat. Pertumbuhan ekonomi yang awalnya sebesar 6,03 persen terus melambat hingga di tahun 2015 menjadi 4,88 persen, kemudian di tahun berikutnya sedikit mengalami peningkatan kembali menjadi 5,02 persen. Dalam hal ini, salah satu sektor yang berperan dalam menentukan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu pertumbuhan sektor pertanian di mana sektor ini juga memiliki tren yang hampir sama dan memiliki pergerakan tren di bawah pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pada tahun 2016 laju pertumbuhan keduanya bertolak belakang, yaitu ketika pertumbuhan ekonomi meningkat justru pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan.

Gambar 3.1 Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Pertanian Periode 2012-2016

Jika dirinci ke tiap-tiap subsektor, pertumbuhan sektor pertanian memiliki laju yang berbeda-beda. Rata-rata pertumbuhan tertinggi adalah pada subsektor perikanan yaitu sebesar 6,65 persen, sedangkan yang paling rendah adalah subsektor kehutanan dan penebangan kayu dengan pertumbuhan 0,67 persen. Hampir semua subsektor mengalami perlambatan laju pertumbuhan dari tahun 2012 hingga 2017 dengan fluktuasinya masing-masing. Pada tahun 2014, subsektor tanaman pangan memiliki laju pertumbuhan yang lambat yakni hanya sebesar 0,06 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 2,64 persen. Subsektor tanaman hortikultura mengalami pertumbuhan paling rendah pada tahun 2012 yaitu sebesar -2,21 persen dengan rata-rata pertumbuhan dari tahun 2012 hingga 2017 adalah sebesar 1,94 persen. Tanaman perkebunan mengalami pertumbuhan paling rendah di tahun 2015 yaitu sebesar 1,97 persen, sedangkan rata-rata pertumbuhannya adalah sebesar 4,83 persen. Subsektor peternakan memiliki pertumbuhan yang cukup stabil sehingga angka pertumbuhan terendahnya tidak jauh dari rata-rata pertumbuhan, yaitu terjadi di tahun 2015 dengan angka pertumbuhan sebesar 3,57 persen dan rata-rata pertumbuhan 4,5 persen. Jasa pertanian dan perburuan memiliki angka pertumbuhan terendah di tahun 2014 yaitu sebesar 2,95 persen dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,23 persen. Sedangkan subsektor kehutanan dan penebangan kayu paling rendah pertumbuhannya di tahun 2016 yaitu sebesar -1,73 persen dengan rata-rata 0,67 persen. Subsektor perikanan memiliki angka pertumbuhan yang lebih besar dibanding subsektor yang lain dengan pertumbuhan paling rendah terjadi di tahun 2016 dengan 5,15 persen dan rata-rata 6,65 persen.


Tabel 3.1 Pertumbuhan Sektor Pertanian Dirinci Menurut Subsektor Periode 2012-2017

Subsektor Pertanian

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Rata-Rata

Tanaman Pangan

4,90

1,97

0,06

4,32

2,53

2,07

2,64

Tanaman Hortikultura

-2,21

0,67

5,15

2,26

2,69

3,05

1,94

Tanaman Perkebunan

6,95

6,15

5,94

1,97

3,50

4,46

4,83

Peternakan

4,97

5,08

5,52

3,57

4,03

3,83

4,5

Jasa Pertanian dan Perburuan

6,07

5,91

2,95

3,75

3,18

3,79

4,23

Kehutanan dan Penebangan Kayu

0,24

0,61

0,58

1,99

-1,73

2,31

0,67

Perikanan

6,29

7,24

7,35

7,89

5,15

5,95

6,65

Pertanian

4,59

4,20

4,24

3,77

3,36

3,81

3,99





Sumber : BPS, diolah.

Selama periode 2012-2017 kontribusi sektor pertanian terhadap PDB cenderung bertahan pada angka 13 persen. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

   Tabel 3.2 Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDB Dirinci Menurut Subsektor, Periode

Subsektor Pertanian

2012

2013

2014

2015

2016

2017

Rata-Rata

Tanaman Pangan

3,55

3,48

3,25

3,45

3,42

3,78

3,49

Tanaman Hortikultura

1,45

1,44

1,52

1,51

1,51

1,39

1,47

Tanaman Perkebunan

3,75

3,75

3,77

3,51

3,46

3,02

3,54

Peternakan

1,52

1,55

1,58

1,60

1,62

1,59

1,58

Jasa Pertanian dan Perburuan

0,20

0,20

0,19

0,20

0,20

0,20

0.20

Kehutanan dan Penebangan Kayu

0,76

0,73

0,71

0,72

0,69

0,64

0,71

Perikanan

2,14

2,21

2,32

2,51

2,56

2,66

2,4

Pertanian

13,37

13,36

13,34

13,49

13,47

13,14

13,36

2012-2017




Sumber : BPS, diolah.

Jika dilihat menurut subsektornya, subsektor dengan rata-rata kontribusi terbesar dari tahun 2012 hingga 2017 adalah subsektor tanaman perkebunan dengan kontribusi sebesar 3,54 persen, tanaman pangan yaitu sebesar 3,49 persen dan perikanan dengan 2,4 persen. Sedangkan subsektor dengan kontribusi terendah terhadap PDB adalah subsektor jasa pertanian dan perburuan dengan kontribusi sebesar 0,20 persen.

Pada umumnya, tiap subsektor memiliki kontribusi yang hampir sama dari tahun ke tahun, sehingga kontributor terbesar dan terkecil cenderung akan selalu pada subsektor yang sama. Dengan kontribusinya yang paling besar, pertumbuhan pada subsektor tanaman perkebunan memiliki indikasi adanya hubungan yang kuat dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditandai dengan tren keduanya yang hampir sama yakni dari tahun 2012 hingga 2015 menurun, meningkat sedikit pada tahun 2016 dan kembali menurun pada tahun 2017.

Meskipun subsektor tanaman perkebunan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB pertanian, namun sektor ini juga mengalami kondisi pertumbuhan yang fluktuatif selama periode 2012-2017. Demikian juga, subsektor tanaman pangan, jasa pertanian dan perburuan, dan kehutanan selama periode 2012-2017 mengalami penurunan kontribusi. Sementara,subsektor yang mengalami peningkatan kontribusi terhadap PDB pertanian hanya subsektor perikanan.



 

 

 

 

 

 

 

 

Gambar 3.2 Pergerakan Tenaga Kerja Pertanian dan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Periode 2012-2016

Gambar 3.2 di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja sektor pertanian memiliki tren yang terus menurun dalam periode 2012–2016. Hal tersebut terjadi seiring dengan penurunan daya serap sektor pertanian terhadap tenaga kerja. Di Indonesia, sektor pertanian masih merupakan penyerap tenaga kerja paling besar namun sektor ini juga masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke bawah paling banyak dibandingkan sektor lainnya. Secara absolut, jumlah tenaga kerja selama periode observasi makin menurun dari 35,86 juta jiwa pada tahun 2012 hingga menurun menjadi 31,82 juta jiwa pada tahun 2016. Penurunan tenaga kerja sektor pertanian dapat disebabkan beberapa faktor antara lain akibat upah yang rendah, lahan pertanian makin menurun, investor yang kurang tertarik berinvestasi pada sektor pertanian, dan diduga adanya mekanisasi sehingga secara absolut mengurangi pemakaian tenaga kerja namun juga meningkatkan nilai output akibatnya produktivitas sektor pertanian meningkat selama periode observasi.

           


 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

            Berdasarkan pembahasan sebelumnya didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu: (1) Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian mengalami kondisi stagnan yaitu bertahan pada angka 13% dengan penyumbang kontribusi terbesar berasal dari subsektor tanaman perkebunan, (2) Dari sisi tenaga kerja sektor pertanian masih merupakan sektor penyerap terbesar, namun selama periode observasi mengalami penurunan sebagai akibat dari upah yang rendah, lahan pertanian yang semakin menurun, investor yang kurang tertarik berinvestasi pada sektor pertanian, dan diduga adanya mekanisasi sehingga secara absolut mengurangi pemakaian tenaga kerja namun juga meningkatkan nilai output akibatnya produktivitas sektor pertanian meningkat selama periode observasi.

Hasil ini memberi masukan terhadap pemerintah bahwa diperlukan proteksi terhadap sektor pertanian sekaligus perlunya dilakukan usaha inovasi pengembangan pertanian dan intervensi pemerintah sehingga dapat mengoptimalkan produksi pertanian dan melindungi para petani.

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

Awirya, A. A. (2011). Pengembangan sektor utama regional pendekatan efisiensi teknikal dan siklus bisnis: studi kasus di provinsi Bali. JEJAK, 44-53.

Imbs, J. M. (1999). Technology, growth and the business cycle. Journal of Monetary Economics, 65-80.

Jose M. Da-Rocha, D. R. (2006). The role of agriculture in aggregate business. Review of Economic Dynamic, 455-482.

Mankiw, N. G. (2000). Macroeconomics. Erlangga.

Noekman, A. S. (2000). Kontribusi sektor pertanian dalam penyeddiaan lapangan kerja dan perbandingannya dengan sektor-sektor lain. 1-15.

Seftarita, C. (2014). Kebijakan ekonomi makro dan siklus bisnis: kajian teori dan studi empiris. Aceh: SKUP.

Zheng, H. P. (2019). The role of oil prices on the Russian business cycle. Research in International Business and Finance, 1-19.

 

No comments:

Post a Comment

MENGHASILAN RIBUAN DOLLAR DENGAN TETAP DIRUMAH SAJA (PEMBUAT DESAIN PEMULA JUGA BISA MENGHASILKAN DI FIVERR)

LINK REGISTRASI => www.fiver.com/register         Fiverr merupakan salah satu platfrom yang menyediakan jasa dengan bidang yang ...